Abstract:
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian di Indonesia. Terjadi 10 kali KLB Diare pada tahun 2018 yang tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota. Pengobatan diare dapat menggunakan obat-obat kimia seperti loperamid, akan tetapi dapat menimbulkan efek samping seperti nyeri abdominal, mual, muntah, mulut kering, mengantuk, dan pusing. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dosis optimum ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L) sebagai antidiare pada mencit putih jantan galur Swiss Webster. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pola defekasi dilakukan dengan induksi oleum ricini terlebih dahulu lalu dilihat dari parameter frekuensi buang air besar, berat feses dan konsistensi feses yang di uji pada kelompok kontrol negatif (Na CMC), kontrol positif (Loperamid), kontrol positif (Norit), Estrak daun talas 200 mg, 400 mg dan 800 mg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 200 mg ekstrak daun talas memiliki aktivitas antidiare yang paling mendekati kontrol positif loperamid dan norit dari parameter frekuensi buang air besar serta berat feses. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai signifikan 0.000 dan 0,001 sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat perbedaan antidiare yang signifikan pada ke-6 kelompok uji atau pemberian ekstrak daun talas yang berpengaruh terhadap antidiare yang dihasilkan.