Abstract:
Tulisan ini bertujuan untuk menguji sejauh mana penyerangan (invasi) yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Libya dengan alasan mewujudkan demokrasi dan melindungi hak-hak sipil rakyat Libya dari kekejaman Khadafi serta memahami keuntungan-keuntungan yang didapat AS dari penyerangan tersebut. Di dalam tulisan ini ditunjukkan bahwa alasan Amerika Serikat sebenarnya menyerang pemerintahan Khadafi adalah bukan untuk melindungi warga sipil dari kekejaman khadafi dan menegakkan demokrasi; kalaupun tercipta sistem politik demokrasi, AS masih tetap memiliki kesempatan mendapatkan keuntungan di Libya; tewasnya Khadafi membuat rakyat Libya ikut terbebas dari kekerasan Khadafi; keuntungan yang didapatkan Amerika Serikat pascaperang adalah perusahaan-perusahaan miliknya masih tetap aman beroperasi di Libya. Invasi AS bersama Nato terhadap Libya merupakan suatu bentuk dari hubungan internasional yang berjalan secara negatif karena dalam kondisi berseteru dan terlibat dalam perang. AS pun bukan hanya dengan Nato melakukan penyerangan terhadap Libya, melainkan pula dengan kelompok-kelompok di dalam negeri Libya sendiri yang menganggap bahwa Libya akan lebih maju jika Khadafi jatuh. Akan tetapi, dalam kenyataannya Libya justru tidak kunjung aman, bahkan semakin menderita karena panjangnya perseteruan di dalam negeri sendiri sebagai akibat dari penyerangan AS. Oleh sebab itu, penulis menyarankan bukan hanya untuk Libya melainkan juga untuk setiap bangsa di dunia bahwa untuk mendapatkan manfaat dan tidak dirugikan dalam setiap hubungan internasional, diperlukan penelitian sebelum melangsungkan hubungan internasional; konsolidasi setiap elemen bangsa; tidak menggantungkan diri kepada bangsa lain; tidak membangga-banggakan perilaku dan pemikiran bangsa-bangsa lain.
Description:
Tulisan ini bertujuan untuk menguji sejauh mana penyerangan (invasi) yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Libya dengan alasan mewujudkan demokrasi dan melindungi hak-hak sipil rakyat Libya dari kekejaman Khadafi serta memahami keuntungan-keuntungan yang didapat AS dari penyerangan tersebut. Di dalam tulisan ini ditunjukkan bahwa alasan Amerika Serikat sebenarnya menyerang pemerintahan Khadafi adalah bukan untuk melindungi warga sipil dari kekejaman khadafi dan menegakkan demokrasi; kalaupun tercipta sistem politik demokrasi, AS masih tetap memiliki kesempatan mendapatkan keuntungan di Libya; tewasnya Khadafi membuat rakyat Libya ikut terbebas dari kekerasan Khadafi; keuntungan yang didapatkan Amerika Serikat pascaperang adalah perusahaan-perusahaan miliknya masih tetap aman beroperasi di Libya. Invasi AS bersama Nato terhadap Libya merupakan suatu bentuk dari hubungan internasional yang berjalan secara negatif karena dalam kondisi berseteru dan terlibat dalam perang. AS pun bukan hanya dengan Nato melakukan penyerangan terhadap Libya, melainkan pula dengan kelompok-kelompok di dalam negeri Libya sendiri yang menganggap bahwa Libya akan lebih maju jika Khadafi jatuh. Akan tetapi, dalam kenyataannya Libya justru tidak kunjung aman, bahkan semakin menderita karena panjangnya perseteruan di dalam negeri sendiri sebagai akibat dari penyerangan AS. Oleh sebab itu, penulis menyarankan bukan hanya untuk Libya melainkan juga untuk setiap bangsa di dunia bahwa untuk mendapatkan manfaat dan tidak dirugikan dalam setiap hubungan internasional, diperlukan penelitian sebelum melangsungkan hubungan internasional; konsolidasi setiap elemen bangsa; tidak menggantungkan diri kepada bangsa lain; tidak membangga-banggakan perilaku dan pemikiran bangsa-bangsa lain.